Tak Ada Modal, Petambak Garam Indramayu Bertahan Tanpa Geomembran

Dikabarin – Kehadiran teknologi tidak semua diterima oleh kalangan petani. Termasuk petani tambak garam di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu yang kini masih menggunakan cara tradisional tanpa teknologi geomembran.

Sudana (64) misalnya, petani garam di Desa Krimun itu tengah sibuk melakukan panen raya. Ia mengeruk kristal garam di setiap petak lahannya.

Aktivitas itu menjadi rutinitas Sudana selama beberapa puluh tahun belakangan. Ia merupakan petani garam yang hanya mengandalkan lahan sewa seluas setengah hektare.

“Kayaknya sudah puluhan tahun lah dari mulai umur 30-an. Mengelola setengah hektare dengan sistem bagi hasil sama pemilik lahan,” kata Sudana saat bersiap mengeruk garam.

Seperti pengelolaan tambak garam pada umumnya, Sudana pun melakukan setiap langkah saat memproduksi garam. Mulai dari mempersiapkan petak lahan, menyediakan air baku, hingga memanen.

Namun, tahap penyiapan lahan, Sudana mengaku enggan mengikuti teknologi geomembran yang ada sejak tahun 2018 silam. Geomembran merupakan sebuah terpal yang digunakan sebagai alas di setiap petak garam.

“Tradisional aja dari dulu, karena tidak ada bantuan terpal (geomembran). Ya mulai ada geomembran tuh sebelum Corona aja ya sekitar 2018 lah,” ujarnya.

Memang kata Sudana, tambahan alat geomembran itu membantu mengurangi tahapan produksi. Salah satunya garam tidak harus di cuci ketika panen jika memakai geomembran.

“Ya itu di cuci dulu kan masih ada sedikit campuran tanah yang menempel biar bersih pas masuk karung,” jelasnya.

Belum lagi, biaya produksi yang dipastikan membengkak jika memakai geomembran menjadi alasan bagi Sudana dan sejumlah petani garam lainnya. Karena untuk membeli per seratus meter geomembran, petani harus mengeluarkan sedikit biaya tambahan sekitar Rp5 juta.

“Yang pakai geomembran yang dapat bantuan aja. Lainnya sih masih pakai manual (tradisional) semua,” ungkapnya.

Meski demikian, Sudana dan petani lainnya tidak begitu tergiur dengan penggunaan geomembran tersebut. Pasalnya, penjualan garam dari pola yang berbeda masih dibanderol dengan harga yang sama.

“Kalau harga sih sama kayak yang pakai geomembran. Bedanya cepat laku aja,” pungkasnya.

(ikh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

PT.Manda Dev Digital